Kasih Lewat Kehadiran
Ada sebuah keluarga pendatang di
Moab. Mereka meninggalkan kota asalnya –Betlehem karena bahaya kelaparan.
Sepasang suami istri ini berangkat bersama dengan dua anak lelaki mereka.
Tetapi kemudian malapetaka mereka alami di Moab. Sang suami meninggal. Lalu kedua
anak mereka menikahi perempuan Moab. Namun, malapetaka berlanjut menimpa
keluarga ini. Kedua anak mereka pun meninggal. Ini artinya, Si Ibu hidup dengan
kedua menantunya.
Akhirnya Sang Ibu memilih pulang
ke kota asal mereka bersama kedua menantunya. Bayangan kehidupan yang sulit
membuat Ibu berpikir tentang masa depan kedua menantunya. Di tengah perjalanan
ia lalu menyuruh kedua menantunya pulang ke Moab dan mencari suami lagi.
Keduanya sempat menolak. Ibu mertua mereka ini lalu menjelaskan hidup yang akan
sulit di depan jika mereka tetap mengikut sang mertua ke Betlehem. Disinilah
cerita menariknya :
Seorang menantunya akhirnya
memilih mundur dan pulang ke Moab. Ini adalah pilihan yang baik mengingat apa
yang disampaikan oleh Ibu mertuanya sangat masuk akal. Tetapi tidak begitu
dengan menantunya yang satu lagi. Menarik apa yang disampaikannya kepada Si Ibu
:
Tetapi kata Rut: "Janganlah
desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab
ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam,
di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di
mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan.
Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau
sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!" (Rut 1
: 16-17).
Sumber gambar: jawaban.com |
Benar, ini adalah kisah
Elimelekh, isterinya bernama Naomi, kedua anaknya bernama Mahlon dan Kilyon,
dan kedua menantunya bernama Orpa dan Naomi.
Berbeda dengan Orpa, Rut memilih
mendampingi Naomi melanjutkan perjalanan. Pilihan Orpa adalah pilihan yang
masuk akal dan biasa, tetapi pilihan Rut adalah pilihan luar biasa. Kesulitan
hidup di depan tidak membuat dia goyah. Kasih yang dimilikinya begitu dalam.
Kasih yang mengorbankan kenyamanan dan berani mengambil resiko.
HADIR SEBAGAI WUJUD KASIH
Siapa bilang mengasihi itu mudah.
Mengasihi itu menuntut komitmen dan kemauan hadir bagi orang lain. Bagi saya,
kesetiaan Rut mengikut Naomi ke Betlehem adalah bukti kasih yang sangat dalam.
Kasih lewat kehadiran.
Rut mengajarkan kita bagaimana
mengasihi orang lain lewat kehadiran. Ketika kita mengasihi orang lain berati
kita bersedia masuk ke dalam hidupnya dan mengizinkan dia masuk ke dalam hidup
kita. Pergumulannya menjadi pergumulan kita. Kesedihan dia menjadi kesedihan
kita. Kita bersedia menemani mereka di masa-masa sulit. Pilihan ini
kadang-kadang tidak mudah dilakukan. Kita lebih suka mengasihi dengan seadanya.
Bahkan kita lebih sering mengasihi lewat kata-kata saja.
Dunia sedang membutuhkan kasih
yang demikian –kasih lewat kehadiran bagi orang lain. Kita semua pasti berelasi
dengan orang lain apakah itu dengan pasangan, keluarga, teman kerja, teman
kuliah, teman sepelayanan dan jenis
relasi yang lainnya. Kita perlu bertanya kepada diri, sejauh mana kita hadir
bagi mereka. Barangkali banyak orang yang membutuhkan kehadiran kita. Mungkin
kita juga perlu menceburkan diri ke dalam permasalahan mereka lalu berjalan
bersama melewati masa-masa sulit itu.
Saya membayangkan Rut dan Naomi
melanjutkan perjalanan bersama sambil bernyanyi bersama atau sesekali menangis
bersama. Hingga mereka tiba di Betlehem. Membayangkan ini saya juga
membayangkan Allah yang menjadi manusia. Berjalan dengan para pendosa dengan
segudang masalah itu. Tetapi itulah bukti kasihNya yang amat besar. Kasih lewat
kehadiran. Walau kita tahu resikonya hingga Dia tersalib, tetapi, ya, begitulah
mengasihi. Kita harus terus berjuang dan meneladani kasih itu.
Kasih Lewat Kehadiran
Reviewed by Celoteh Ngoceh
on
November 04, 2019
Rating:
No comments