Menyebar dan Menebar dalam Komunitas
KRISTEN DALAM KOMUNITAS
Berkomunitas karena punya latar belakang, visi, dan cita- cita yang sama. Berkomunitas berarti bersekutu, dan bersekutu berarti saling melayani, saling bertumbuh. Kita urai satu- satu:
Gereja sebagai komunitas yang lebih besar, terdiri dari keluarga- keluarga.
Persekutuan Remaja/ Pemuda/ Pria/ Wanita merupakan komunitas
yang lebih khusus atas dasar kesamaan peran dan tanggung jawab sosialnya;
Sesama remaja yang menjelajah jati diri dan bertanggung jawab sebagai anak
dalam keluarga, sesama pemuda yang menjelajah visi dan panggilan hidup untuk
berdampak di luar gereja dan bertanggung jawab sebagai anak yang sudah lebih
dewasa, sesama wanita (ibu) yang mengurus rumah tangga, melayani anak dan
suami, sesama pria (ayah) yang memimpin rumah tangga, mengayomi anak dan istri.
Setelah itu ada pula persekutuan khusus dalam dunia akademisi dan profesi. Aku
sendiri adalah mahasiswa, maka komunitasku kemudian adalah persekutuan
mahasiswa.
Persekutuan mahasiswa dalam pelayanan mahasiswa dianggap
strategis dalam berbangsa dan bernegara. Berbangsa bernegara yang dimaksud
tentu saja tidak sesempit pemerintahan, melainkan seluas kewarganegaran
termasuk sebagai warga keluarga, gereja, dan masyarakat. Para akademisi ini
setelah menjadi alumni akan menyebar kembali ke masyarakat, baik dalam dunia
kerja profesional maupun pemerintahan. Perguruan tinggi ibarat eskalator
status, peran, dan tanggung jawab yang lebih tinggi. Oleh karena inilah,
pelayanan mahasiswa dianggap strategis untuk saling melayani agar saling
bertumbuh dan berkarakter Kristen, kelak menjadi alumni yang berdampak, menjadi
garam yang memberi rasa, menjadi terang yang menerangi gelap.
Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan- pertemuan ibadah kita, seperti yang dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. -Ibrani 10: 24-24 (TB)
Nah, dengan pemahaman ini, mahasiswa adalah tunas yang
diharap- harapkan masyarakat agar menjadi orang yang saleh dan menjadi pemimpin
yang membawa kesejahteraan. Ia berasal dari masyarakat, diberangkatkan oleh
masyarakat, dan pulang untuk masyarakat. Kita, mahasiswa, diutus oleh orang tua
kita, keluarga kita, gereja kita, dan lingkungan masyarakat kita agar menjadi
pelayan yang membawa kebaikan kini dan kelak. Maka ketika kita sudah menjadi mahasiswa,
jangan lupa alasan awal kita diantarkan sampai ke sini, mari kita saling
mengingatkan agar tetap menjadi mahasiswa yang bertanggung jawab.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa ini semata bukan
sekadar beban. Ini adalah hak istimewa, mengingat tidak semua orang seberuntung
kita, berkesempatan menjadi mahasiswa. Harapan, tanggung jawab, bahkan
kewajiban sekalipun merupakan konsekuensi, hak yang kita harusnya bangga
menerimanya sekaligus amanah menjalankannya.
Itulah sebabnya mahasiswa perlu bersekutu, berkumpul, saling
melayani agar sama- sama bertumbuh, sama- sama menemukan panggilan, dan sama-
sama membekali diri untuk memenuhi panggilan, yang kemudian sama- sama
mengambil tempat masing- masing dimana Tuhan menginginkan kita melayani di dunia alumni.
Eh, tapi tunggu dulu. Layaknya persekutuan remaja yang sama-
sama menjelajah agar menemukan jati diri, selagi menuju ke sana mereka kan juga
memiliki peran sebagai remaja yaitu menjadi anak bagi orang tua. Begitupun
setelah menjadi pemuda yang memiliki jati diri, selain mempersiapkan diri
menjelajah panggilan hidup, mereka juga punya peran sebagai anak yang lebih dewasa
menopang orang tua baik hal material atau bukan. Lantas, sebagai mahasiswa, apa
iya kita sekadar hanya untuk menjadi alumni berdampak, peran apa yang kita lupa selagi menuju ke sana?
Sumber Gambar: Yubelium.com |
INDEPENDENSI MAHASISWA
Yaps! Kita independen baik sebagian atau seluruhnya.
Setidaknya kita masih ditanggung entah oleh keluarga ataupun subsidi beasiswa.
Kita masih bisa melakukan banyak hal tanpa dibayar sekalipun karena ditanggung.
Berbeda bila sudah menjadi alumni, dituntut untuk membiayai penuh
kehidupan pribadi, mau tidak mau mengharapkan material dalam pekerjaan untuk
memenuhi kebutuhan.
Dalam kategori anak, kita adalah anak yang dewasa,
ditanggung namun lebih dipercaya dalam mengurus diri sendiri dan mengelola
sumber daya pribadi. Kalau dalam gereja, kita adalah pemuda yang diayomi orang
tua namun memiliki suara dalam pengambilan keputusan, sudah diperhitungkan
sebagai jemaat penuh dan jajaran majelis yang diwakili oleh ketua pemuda gereja.
Independensi adalah kekuatan utama yang cuma kita miliki
selagi menjadi mahasiswa. Kita melakukan sesuatu tidak terikat oleh kepentingan
apapun.
Terus independensi ini
untuk apa? Untuk menjadi agen perubahan (agent of change), generasi penerus
posisi strategis profesional dan pemerintah (iron stock), dan sebagai pengawas/
pengendali sosial (social control) melalui tridharma.. Betul! Pendidikan,
penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Keren kan? Selamat datang di dunia akademisi muda, intelektual
yang merdeka, insan yang bebas bercita- cita dan berkarya.
Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu. -Yeremia 29:7 (TB)
Kita di sini sedang mempersiapkan bekal sekaligus berjalan
memberi dampak. Tidak salah satunya, namun keduanya. Itulah panggilan seorang
mahasiswa Kristen. Membawa terang di mana pun kita berada; kampus, masyarakat,
organisasi, komunitas hobi, komunitas aksi, di dalam atau di luar kampus.
Di dalam perjalanan menempuh visi yang sama dalam komunitas, tidak jarang kita temukan budaya yang masih perlu diperbaiki bahkan dibongkar dalam badan komunitas apaun, dan ada banyak yang masih perlu diperbaiki dan dilayani pada luar komunitas itu pula. Jadi kita sama- sama menggerakkan dari dalam agar menjadi pengendali sosial yang kolektif ke luar, tidak sendiri- sendiri. Bisa dianggap, semua lingkungan ini adalah gambaran kecil, simulasi akan keadaan negara kita, dunia nyata yang sesungguhnya.
Di dalam perjalanan menempuh visi yang sama dalam komunitas, tidak jarang kita temukan budaya yang masih perlu diperbaiki bahkan dibongkar dalam badan komunitas apaun, dan ada banyak yang masih perlu diperbaiki dan dilayani pada luar komunitas itu pula. Jadi kita sama- sama menggerakkan dari dalam agar menjadi pengendali sosial yang kolektif ke luar, tidak sendiri- sendiri. Bisa dianggap, semua lingkungan ini adalah gambaran kecil, simulasi akan keadaan negara kita, dunia nyata yang sesungguhnya.
Tapi kan. Aku saja
belum beres dengan diriku, dengan keluargaku, dengan studiku. Konon melayani ke
luar diri? Dalam melayani, sebetulnya kita yang dilayani. Dalam upaya mengusahakan orang lain, kita yang sedang diusahakan. Aku sendiri menemukan diri,
menemukan visi dari perjalanan melayani di luar diri, diajarin, diperbaiki,
ditempah habis- habisan. Begitu pula cara kerjanya dalam komunitas awal (keluarga dan gereja). Justru saat kita memberi diri, Bapa memakai orang- orang tidak terduga, orang- orang
di sekitar kita untuk menmbuhkan kita, sehingga saling berbuah, menyaksikan hebatnya rancangan-Nya.
GARAM YANG MENGGUMPAL
Kita saling melayani dalam tubuh komunitas mahasiswa secara
personal, kita juga kiranya saling menggerakkan untuk melayani di luar tubuh
komunitas mahasiswa secara kolektif. Pola pikirnya juga sama, tinggal ganti
subjeknya. Komunitas kita saja sedang
sakit, belum beres, konon melayani di luar komunitas? Kita sedang dan terus
dilayani-Nya, dikasihi-Nya, maka kita melayani dan mengasihi sesama, menjadi
saksi. Itu lingkaran yang tidak ada habisnya sampai nafas kita habis.
Kalau dibilang kita tidak layak, kalau dibilang komunitas
kita tidak layak, kembali. Kita semua memang tidak layak. Justru dalam
ketidaksempurnaan, dalam ketidakberlayakan kita menjadi pelayan. Yang sempurna,
yang layak cuma Allah Tritunggal. Lagi, dalam kelemahan kita, Allah dimuliakan.
Justru aku pribadi karena tidak yakin nanti jika melepas status
mahasiswa masih bisa berpikir seidealis ini, seindependen ini, bisa melayani
tanpa mengharap pamrih, bekerja mengabdi kepada sesama tanpa mempertimbangkan
imbalan gaji untuk hidup. Aku hanya yakin itu yang aku miliki pasti dalam
statusku sebagai mahasiswa, maka aku mau memaksimalkan, menggunakannya umpung
masih jadi mahasiswa. Dan aku juga mengajak kamu untuk itu. Peka terhadap isu
sehari- hari, gelisah, dan bertindak memberi diri selagi membekali diri.
Bukan sama sekali untuk serakah mengambil semua bagian, kita
terbatas. Justru jangan lupa bagiannya orang Kristen, bagiannya mahasiswa,
bagiannya anak, bagiannya abang/ kakak/ adik, bagiannya gereja, bagiannya warga
negara, bagiannya masyarakat. Apa bagian yang kecil saja, yang kita bisa
usahakan, dan merupakan peran kita. Sedari komunitas keluarga tempat kita ada
sampai komunitas gereja dan komunitas mahasiswa.
Misal di rumah sebagai kaki, di komunitas mahasiswa sebagai
tangan, di gereja sebagai hati, di dalam hobi pribadi sebagai kepala, di
masyarakat sebagai mata. Kita salah satu anggota di banyak tubuh, kita bukan
seluruh anggota dalam satu tubuh (kecuali dalam tubuh kita sendiri, tentu saja). Kita melakukan porsinya, kita bersatu dalam
Kristus. Dan setiap tubuh masing- masing adalah anggota tubuh yang besar. Tubuh
Kristus. Kita carangnya, Dia adalah pokok. Seperti yang tertulis pada Roma 12:1-8, itulah Persembahan yang Benar.
Itu semua adalah pelayanan. Kita bukan melayani keluarga,
gereja, kampus, masyarakat. Kita
melayani Kristus. Dengan kita melayani kristus, kita melayani bagian porsi
kita dalam setiap pelayanan itu (Roma 12:2).
Bukan mengambil keseluruhan porsi dari salah satu pelayanan itu. Hanya Yesus
Tuhan dan juruselamat yang menentukan kehendak-Nya, yang berotoritas atas kita,
pelayanan adalah alat yang dipakai-Nya. Jangan sampai kebalik.
Kita semua sama- sama belajar. Belajar untuk berdampak
melalui akar, ia tak tampak di bawah tanah, namun awal dan cikal bertumbuh
hingga menembus tanah dan muncul ke permukaan dunia nyata, dunia alumni.
Jagoan Kristus dipanggil untuk memberi rasa, menghadirkan Kerajaan Allah tidak hanya di surga tapi juga di dunia. “Datanglah Kerajaan-Mu di bumi seperti di surga,” Kitalah Kritus- Kristus kecil, lilin- lilin kecil yang ia bisa pakai. Sediakan diri untuk digerakkan roh kudus sehingga sekitar kita bisa menyaksikan dan jadi saksi Sang lilin utama –Yesus Kristus.
Jagoan Kristus dipanggil untuk memberi rasa, menghadirkan Kerajaan Allah tidak hanya di surga tapi juga di dunia. “Datanglah Kerajaan-Mu di bumi seperti di surga,” Kitalah Kritus- Kristus kecil, lilin- lilin kecil yang ia bisa pakai. Sediakan diri untuk digerakkan roh kudus sehingga sekitar kita bisa menyaksikan dan jadi saksi Sang lilin utama –Yesus Kristus.
Menyebar dan Menebar dalam Komunitas
Reviewed by Celoteh Ngoceh
on
September 09, 2019
Rating:
Garam yang menggumpal? Keren dek
ReplyDelete